Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

IBARAT DUA SISI MATA KOIN

Alhamdulillah, tepat hari ini (13 Nov 2011) saya menempati kosan baru saya di bilangan Kemayoran-Jakarta Pusat. Setelah menjalani hiruk pikuk penempatan instansi (DJKN) yang penuh dengan cerita unik dan menarik. Mulai dari perasaan sedih-bahagia, gamang-yakin, haru-tanpa rasa, syukur-kecewa, puas-tak puas, semua perasaan bagaikan atmosfer panas yang berpadu menggelayuti wajah-wajah CPNS DJKN, Kementerian Keuangan saat itu. Haru bahagia mungkin bertengger pada perasaan mereka yang mendapati penempatan kantor sesuai dengan yang mereka harapkan. Sedih bercampur gamang mungkin menghinggapi perasaan mereka yang ditempatkan pada kantor yang terbilang jauh. Tapi, dibalik itu semua. Terlihat wajah wajah para teman seperjuangan yang berupaya untuk menepis kegamangannya. Mencoba menerima keputusan. Dan mecoba memberi isyarat pada hati bahwa inilah (penempatan) yang terbaik bagi kita. Rasa haru pun mulai menggelayut para sejawat saat mereka tersadar bahwa mereka akan berpisah. Bukan lagi ha

BICARA SOAL PEREMPUAN

Sempat sih saya tahu tentang kontroversi film ‘’Wanita Berkalung Sorban”. Sebuah film kotroversi yang katanya sih ingin menyampaikan pesan Emansipasi Wanita khususnya bagi Muslimah. Tapi entah mengapa baru hari ini (06/11/11) saya sempat menonton film itu dari awal sampai akhir. Itu pun karena SCTV menayangkannya dengan jeda iklan yang gak terlalu bikin cape deh . Tulisan ini mungkin sudah basi bila sekarang saya baru mulai menilai film tersebut. Tapi di balik itu semua. Sebagai penonton, jujur saya menemukan beberapa adegan cerita begitu menggelitik untuk dikomentari Pertama ketika Annisa (tokoh utama yang diperankan oleh Revalina S Temat) yang digagalkan oleh gurunya sendiri saat memenangi voting pemilihan ketua kelas. Keganjalan muncul ketika sang guru memilih Annisa sebagai calon ketua kelas. Bila memang pada akhirnya sang guru tak menghendaki seorang ketua kelas itu datang dari golongan perempuan, lalu dimana kebijaksanan sang guru yang malah mengikutsertakan Annisa dalam voting