Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Tamasya Pasar Antik

Dahulu ketika saya masih duduk di bangku SD-SMP-SMA, pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang kurang saya minati. Meskipun Bung Karno seringkali menggaungkan "JAS-MERAH" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), Entah mengapa tetap saja sejarah itu abstrak bagi saya. Mengapa juga harus ada pelajaran sejarah yang notabene seringkali membuat mata ngantuk di kelas. Apalagi, dahulu ketika duduk di bangku SMA, saya sempat terheran-heran, kenapa ya ada orang mau mengambil kuliah jurusan ilmu sejarah pasca ia lulus dari bangku SMA? Dahulu, mungkin saya belum bisa berimaginasi tentang hal-hal abstrak perihal sejarah. Guru seakan menerangkan tanpa saya bisa membayangkan. Yah, itu mungkin gambaran bagaimana saya dulunya kurang sekali tertarik pada yang namanya SEJARAH/HISTORY. Tapi ada hal menarik yang saya alami kemarin. Perihal konrit sejarah yang selama ini hanyalah menjadi peradaban abstrak di pemikiran saya. Saya dan keluarga om kemarin tanpa sengaja melewati Jalan Surabaya, J

Resensi Buku: Pernik CInta OSD - SEJUTA PELANGI

Judul Buku           : Pernik Cinta Okisetiana Dewi: SEJUTA PELANGI Penulis                   : Oki Setiana Dewi Penerbit                : Mizania Tebal Buku           : ±294 Halaman Kategori Buku     : Kisah-Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa Harga                     : Rp 49.000,- “Sebuah kisah tentang mereka yang memancarkan semangat... Kisah tentang mereka yang berlomba memberi manfaat... Ini tentang para “pelangi” yang mengajarkan makna hidup dengan gradasi warna-warni, ada duka, suka, semangat, senyum, juga cinta. Menyingkap hikmah. Menebar cinta...”           Kutipan kalimat salam pembuka di atas diambil dari buku kedua karya Oki Setiana Dewi yang berjudul: Pernik Cinta Oki Setiana Dewi: SEJUTA PELANGI. Sebuah karya yang ditulis dari bahasa hati seorang gadis kelahiran Batam, 13 Januari 1989. Karya yang begitu luar biasa untuk gadis seusianya. Setelah buku perdananya: Melukis Pelangi,  Kini Oki menelurkan kembali karyanya berjudul: Sejuta Pelangi. Lagi-lagi pa

Kekaguman Sesaat pada Keyakinan "Tetangga", Tetapi...

Berangkat dari beberapa observasi yang menggelitik, saya kemudian menuliskannya dalam catatan saya kali ini. Tentang keyakinan hati manusia, yang saya akui akan selalu ada perbedaan di dalamnya. Namun dengan penuh kerendahan hati, di awal ini saya tuliskan: Bagimu Agamamu, Dan Bagiku Agamaku. Dahulu, ketika saya masih kecil hingga saya beranjak remaja, saya tinggal di lingkungan yang sebagian besar bukanlah penganut agama Islam. Sebut sajalah agama tetangga. Setiap libur sekolah tiba, adalah saatnya bagi mereka beribadah ke rumah ibadahnya. Anak kecil, remaja, dewasa, hingga kakek nenek, seakan bersuka cita menuju tempat peribadatan mereka. Mereka menggenggam erat kitab suci mereka di dada. Sepertinya mereka pembaca setianya. Saya sempat kagum dengan semangat ibadah mereka. Mereka mengenakan pakaian yang terbaik yang mereka miliki. Yang wanita berdandan cantik. Yang pria bersisir rambut. Necis, elegan, dan terkesan wah! Kemungkinan di daerah lain juga begitu. Di tanah Batak, me