Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Bike Around Jakarta

Alhamdulillah, nikmatnya masih bisa merasakan subuh pagi tadi. Di sela-sela aktivitas diklat selama sebulan, memang telah kuputuskan untuk balik ke kosan semalam, sembari memenuhi keinginan untuk gowes minggu paginya. Ah, sepertinya memang sudah lama kaki ini tidak mengayuh si putih. Seperti biasa, Masbro Jee lah teman sepergowesan. Biasanya sih ada seorang temen lagi, Masbro Bar namanya. Cuma karena Masbro Bar kelelahan baru pulang dinas luar kota, maka jadilah saya dan Masbro Jee saja yang berangkat. Senangnya, kembali menyusuri jalanan ibu kota yang sudah terbiasa dengan keramaian. Cuma bila masa car freeday tiba di hari Minggu, 23 September 2012 ini, yang banyak terlihat adalah komunitas komunitas bersepeda. Ada yang sedang mengadakan funbike, ada yang cuma sekadar gowes bareng, ada yang lari pagi, semuanya terlihat bersemangat. Mengawali perjalanan dari Jalan Letjen Suprapto, kemudian mengambil rute dari monas menuju ke senayan, banyak sekali hal hal unik yang bisa dil

Cita-Cita Ibunda

“Bila Ibu tak mendengarkan nasihat dari Bapak yang dahulu pernah bapak sampaikan, mungkin Ibu tak akan bisa jadi seperti sekarang ini...” Untuk kesekian kalinya, saya menukilkan kisah Ibunda saya dalam halaman sederhana blog ini. Sebuah kisah yang mengajarkan saya bahwa terkadang hidup tak selamanya sesuai dengan rencana yang telah kita miliki. Rencana hebat sekalipun itu. Terkadang hidup justru berjalan apa adanya. Di luar dugaan. Hingga pada akhirnya, kita akan tersadarkan, betapa hebatnya rencana Tuhan. Ibunda. Saat itu ia adalah seorang wanita muda yang baru saja menikah. Yah, tentulah dengan bapak yang sampai saat ini masih menemaninya. Sebagai seorang lulusan diploma III akademi perawat dari sebuah universitas di Sumatera Utara, ibunda juga memiliki cita-cita.  Sebuah cita-cita sederhana. Menjadi perawat di sebuah rumah sakit. Ketika menikah dengan Bapak, Ibu sempat bekerja sebagai perawat di rumah sakit di Kota Medan. Saat Bapak memutuskan untuk hijrah ke Kota Sian