20 Februari 1989 – 20 Februari 2012. Detik waktu masih berjalan. Mengubah menit menjadi jam. Dan hari-hari pun seakan tak terasa telah berlalu. Bertahun-tahun. Waktu terus membawaku pada usia ke 23. Usia yang sampai saat ini masih terus aku pertanyakan, “Sudah aku pergunakan untuk apa usiaku?” Sebuah pertanyaan sederhana, namun seringkali menjadi ‘warning alert’ bagiku atas apa yang telah aku lakukan.
Mungkin bagi sebagian orang, merayakan kembali hari kelahiran adalah sebuah euforia hati yang senantiasa diharapkan dan selalu dinanti. Tapi tidak demikian denganku. Bagiku, hari lahir akan lebih baik bila ia tanpa perayaan. Hari tanpa hadiah, cukuplah doa. Hari tanpa kue ulang tahun. Hari tanpa nyanyian selamat ulang tahun. Hari tanpa perayaan. Bagiku, Hari lahir adalah hari antara aku, Tuhanku, dan Ibu.
Kepada Sang Khalik dari seorang hamba, kusampaikan rasa syukurku yang mendalam. Atas penciptaanku di dunia ini. Atas ruh yang DIA tiupkan ke dalam rahim ibundaku. Atas keselamatanku pada saat aku dilahirkan. Atas nikmat udara pertama hingga kini yang aku hirup. Atas detak jantung yang mampu mendenyutkan nadiku, mengalirkan darahku. Atas tangisan pertamaku di muka bumi ini. Atas kondisi fisikku yang sempurna tanpa cacat. Atas segala kasih sayang-Mu. Atas nikmat Iman dan Islam yang Engkau tanamkan dalam hatiku. Atas segala kekuatan dari-Mu. Atas segala perlindungan-Mu. Atas segala rezeki dari-Mu. Atas segala ketetapan-Mu padaku. Allahu Robbi,,, Sungguh hamba tak mampu menyebutkan semua nikmat-Mu padaku.
“Robbi audzi’nii an asykuro ni’matakal lati an’amta ‘alayya, wa’alla waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa adkhilnii birohmatika fii ‘ibaadikash shoolihiin.”
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku, dan untuk mengajarkan amal sholeh yang Engkau riduoi. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh.”
Ya Allahu Robbi, Ampunilah hamba, karena seringkali hamba mengingkari setiap nikmat dari-Mu. Seringkali lupa untuk mengucap syukur atas pemberian-Mu. Allahummaghfirlii, warhamnii, wa’fuanni...
Kepada Ibuku tercinta. Ananda ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada ibuku tersayang. Karena telah bersusah payah saat mengandung. Karena telah berjuang mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Karena telah terjaga di malam hari hanya demi aku. Karena telah memberi ASI terbaik untukku. Karena selalu mengasuhku penuh keikhlasan. Karena selalu mendidikku penuh keteladanan. Karena selalu menasihatiku penuh kesabaran. Karena selalu menjadikanku istimewa dalam hidupmu. Terimakasih bu, telah menjadi pahlawan dalam hidupku.
Ibu,,, Maafkanlah anakmu bila sampai saat ini masih ada luka hati yang mungkin tersimpan di hatimu. Atas perbuatanku, atas kesalahanku, atas air mata yang jatuh di pipimu karena kedurhakaanku. Maafkanlah anakmu ibu. Yang telah merepotkanmu sewaktu aku lahir, yang telah menyusahkanmu sewaktu aku masih balita, yang telah membuatmu khawatir sewaktu aku beranjak remaja, yang telah meneteskan air matamu karena saat ini pun aku tak dapat menemanimu. Maafkanlah aku, ibu.
Allahummaghfirlii dzunubi wali-walidayya warhamhuma kama robbayani soghiro...
Ya Allah... Sampaikanlah rasa rinduku pada ibunda. Sampaikanlah melalui malaikat malaikat-Mu. Bisikkanlah di hati ibundaku, bahwa aku rindu bertemu dengannya. Rindu memeluknya. Rindu mencium kedua pipinya. Rindu tidur di pangkuannya. Sampaikanlah Ya Allah...
Komentar
Posting Komentar