Langsung ke konten utama

Tamasya Pasar Antik

Dahulu ketika saya masih duduk di bangku SD-SMP-SMA, pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang kurang saya minati. Meskipun Bung Karno seringkali menggaungkan "JAS-MERAH" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), Entah mengapa tetap saja sejarah itu abstrak bagi saya. Mengapa juga harus ada pelajaran sejarah yang notabene seringkali membuat mata ngantuk di kelas. Apalagi, dahulu ketika duduk di bangku SMA, saya sempat terheran-heran, kenapa ya ada orang mau mengambil kuliah jurusan ilmu sejarah pasca ia lulus dari bangku SMA? Dahulu, mungkin saya belum bisa berimaginasi tentang hal-hal abstrak perihal sejarah. Guru seakan menerangkan tanpa saya bisa membayangkan. Yah, itu mungkin gambaran bagaimana saya dulunya kurang sekali tertarik pada yang namanya SEJARAH/HISTORY.

Tapi ada hal menarik yang saya alami kemarin. Perihal konrit sejarah yang selama ini hanyalah menjadi peradaban abstrak di pemikiran saya. Saya dan keluarga om kemarin tanpa sengaja melewati Jalan Surabaya, Jakarta. Di sana saya dan keluarga om menyempatkan diri melihat barang-barang antik bersejarah yang membuat saya very-very amazed. Saya pribadi memang tak ada sama sekali niatan membeli barang-barang antik bersejarah di lokasi itu. Niatnya pure cuci mata plus ingin tahu gimana sih benda-benda bersejarah jaman dulu. Yang pasti, ketika tiba di lokasi yang cukup panjang itu, Saya berubah menjadi sosok yang mungkin menyebalkan bagi sang pedagang. Abisnya nanya-nanya mulu sih... Hehehe. 

Di postingan ini, saya tidak akan panjang lebar menulis. Saya cuma ingin menampilkan hasil jepretan sederhana saya selama saya berpetualang di Pasar Antik, Jalan Surabaya, Jakarta kemarin. Check it broth...

Kategori Benda-Benda Antik

a. Cikal Bakal Teknologi

Piringan Hitam - Alat ini masih berfungsi loh saat dimainkan.
(Piringan hitam ini merupakan cikal bakal dari CD/DVD Player saat ini)
Setrika Bara Api
(Di lokasi, saya menemukan setrika ini dengan ukuran
yang gede-gede, terbuat dari bahan kuningan)
Radio - Meski usang, radio ini juga masih berfungsi loh.
(Ukurannya sangat besar, dengan bahan penutup dari kayu) 
Mesin Jahit
Kipas Angin
Mesir Kasir masa Penjajahan Belanda

Timbangan (Dengan Berbagai Ukuran/Berat)

Mesin Penggiling Kopi


Teleskop
(Inilah teleskop sederhana jaman dulu yang digunakan
untuk melihat rasi bintang untuk keperluan pelayaran)
Helm Penyelaman
(Digunakan oleh Tentara Laut Amerika saat penyelaman)
Sumber Penerangan

Kunci Gembok
Gamelan - Piano Jaman Dulu
Jam Dinding
Mesin Ketik Lampau
Tatakan Lilin 
Korek Mancis
Kotak Penyimpan Emas
Petromax
Penggilingan

        
Telepon
(Bentuknya sangat unik, tombolnya masih diputar,

sangat antik!)
B. Peralatan Dapur

Kendi-Kendi
Penanak Nasi Dari Bahan Kuningan
Tea-Set
Ceret
Sendok Berbagai Jenis
Wajan Kuningan
Rantang
Tempat Bumbu/Rempah-Rempah
Cetakan Kue
Centong Nasi
Wadah Kerupuk
Nampan
Panci dari Kuningan
C. Lain-Lain

Porselen Jalur Sutra
Uang Koin Jaman Dulu
Pedang dengan panjang +/-1,5Meter
Finalis Abang None
Pemenang Abang Jakarta-nye^^

Cukup ini aja kali ya. Hikmah perjalanan di pasar antik ini yaitu, ternyata belajar sejarah dengan mengetahui benda bersejarah secara konkrit itu jauh lebih menyenangkan...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Film: Habibie-Ainun (2012)

Foto Bersama Pesawat N250-Gatotkoco, buatan Pak Habibie 20-12-2012, tepat di tanggal cantik itu film Habibie Ainun diputar di seluruh Indonesia. Beberapa hari sebelumnya saat layar coming soon film ini dipajang gede di segitiga Senen, saya pribadi sangat interest , ingin sekali nonton film yang dibintangi oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari ini. Film yang diangkat dari buku best seller “Habibie Ainun” ini merupakan kisah nyata perjalanan hidup seorang Professor Dr. Ing. B.J. Habibie dengan istrinya, Ibu Hasri Ainun Habibie. Disutradai oleh Faozan Rizal, film ini dikemas dengan apik dengan mengambil setting di dua negara, Jerman dan Indonesia. Film ini mengisahkan tentang perjuangan Bapak Habibie semasa mudanya. Masa dimana beliau memiliki semangat belajar yang begitu gigih saat mengenyam pendidikan di Jerman hingga ia mampu mencapai gelar doktor di salah satu universitas ternama di negeri tersebut. Kisahnya bertambah lengkap pula saat Ibu Hasri Ainun, yang merupakan sos

Resensi Buku: Pernik CInta OSD - SEJUTA PELANGI

Judul Buku           : Pernik Cinta Okisetiana Dewi: SEJUTA PELANGI Penulis                   : Oki Setiana Dewi Penerbit                : Mizania Tebal Buku           : ±294 Halaman Kategori Buku     : Kisah-Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa Harga                     : Rp 49.000,- “Sebuah kisah tentang mereka yang memancarkan semangat... Kisah tentang mereka yang berlomba memberi manfaat... Ini tentang para “pelangi” yang mengajarkan makna hidup dengan gradasi warna-warni, ada duka, suka, semangat, senyum, juga cinta. Menyingkap hikmah. Menebar cinta...”           Kutipan kalimat salam pembuka di atas diambil dari buku kedua karya Oki Setiana Dewi yang berjudul: Pernik Cinta Oki Setiana Dewi: SEJUTA PELANGI. Sebuah karya yang ditulis dari bahasa hati seorang gadis kelahiran Batam, 13 Januari 1989. Karya yang begitu luar biasa untuk gadis seusianya. Setelah buku perdananya: Melukis Pelangi,  Kini Oki menelurkan kembali karyanya berjudul: Sejuta Pelangi. Lagi-lagi pa

PENTINGNYA TOTALITAS DALAM MENGGALI POTENSI DIRI

Jangan pernah berpikir untuk mengejar materi, Jangan pernah berpikir untuk mengejar gelar, Jangan pernah berpikir untuk mengejar jabatan... Tapi, berpikirlah bagaimana agar materi, gelar, dan jabatan yang mengejar anda! Bagaimana caranya? TOTALITAS DALAM MENGGALI KOMPETENSI DIRI Ya, Itulah perkataan dari salah seorang narasumber dalam sebuah dialog (red:Untukmu Indonesia) di TVRI. Sayang, saya belum sempat tahu nama dari nara sumber tersebut. Tapi yang pasti, beliau adalah seorang akademisi dari Universitas Indonesia. Saya sangat tertarik untuk menulis tentang arti sebuah totalitas. Bukan berbicara tentang idealisme yang muluk-muluk. Tapi memang saya merasa bahwa totalitas adalah hal penting yang masih saja sulit untuk diaplikasi dalam kehidupan saya secara pribadi. Kutipan perkataan dari narasumber di atas saya yakini kebenarannya. Karena memang saya juga merasa, seringkali totalitas yang saya jalani selama ini masih belum sepenuhnya ‘’total’’. Masih saja ada berbag