Alhamdulillah...
Sabtu, 29 Oktober nanti saya diajak oleh seorang teman ke sebuah seminar motivasi asuhan motivator muda Bong Chandra. Seminar bertemakan Life Metamorphosis di Central Park Jakarta Barat.
Kesempatan ini diperoleh teman saya itu dari membeli sebuah buku karya Bong
Chandra dengan judul The
Science of Luck. Dengan membeli satu buku ini, teman saya mendapat tiga tiket gratis seminar dan akhirnya diajaklah saya untuk ikut bergabung dalam seminar tersebut.
Selama
ini saya belum begitu tahu tentang sosok seorang Bong Chandra. Hanya tahu
sepintas lalu ketika saya jalan ke Gramedia/Toko Buku yang menjual buku-buku
karyanya. Selama ini saya hanya tahu bahwa Bong Chandra adalah seorang
motivator muda yang sukses memiliki bisnis. Itu saja!
Tapi
sewaktu teman saya memberikan saya sebuah Link FanPage Facebook Bong Chandra ada
semacam rasa penasaran yang besar ketika saya membaca beberapa pencapaian
yang telah Bong raih. Memang kalau awalnya kita hanya mengetahui seseorang
dengan predikat muda dan sukses, itu masih terdengar biasa. Tak ada yang spesial. Toh, banyak juga para kaum muda lain yang sukses dan terkenal. Tapi ketika saya
membaca sekelumit detil pencapaian kesuksesannya, barulah saya tersadar bahwa
pencapaian itu tergolong luar biasa.
Dari
profil yang ditampilkan dalam Fanpage Facebook Bong Chandra, berikut ini adalah
beberapa informasi serta pencapaian yang sudah diraihnya. Ini saya copy-paste
dari Fanpage beliau:
Bong
Chandra adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dilahirkan di Jakarta 25
Oktober 1987. Bong Chandra dilahirkan di keluarga yang sederhana dan segala
sesuatunya selalu tercukupi. Dari kecil sampai SMA tidak ada yang prestasi yang
menonjol yang telah dicapai Bong Chandra. Beliau dulunya adalah seorang yang
minder dan tidak mempunyai banyak teman, tubuhnya yang kecil, dan penyakit asma
yang dideritanya semakin
membuatnya merasa kecil. Beliau juga tidak pernah mendapatkan 1 piala
sekalipun, dan tidak pernah memenangkan lomba dan kompetisi manapun.
Hal
ini makin diperparah ketika krisis ekonomi menerjang Indonesia tahun 1998. Saat
itu keluarga dari Bong Chandra mengalami kebangkrutan. Awalnya Bong Chandra
tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun beliau mulai sadar ketika
melihat rumahnya sendiri dipasang sebuah pengumuman bahwa rumah ini
"DIJUAL". Keadaan semakin parah ketika keluarga harus berhutang
puluhan juta rupiah untuk membiayai kuliah Bong Chandra.
Keadaan
yang begitu sulit justru membentuk Bong Chandra menjadi seorang anak muda yang
lebih tangguh dibandingkan dengan anak seusianya. Di usia 18 tahun, Bong
Chandra mulai merintis bisnis bersama teman-temannya. Dalam merintis bisnisnya
saat itu, Bong Chandra banyak mendapatkan hinaan dan cemooh dari orang
disekitarnya. Dengan sebuah motor butut, Beliau terus merintis bisnisnya siang
dan malam. Pergi keluar kota sendirian, kos di tempat yang sangat sederhana
dengan jatah makan siang hanya Rp1.200. Kehujanan dan kepanasan adalah hal
yang biasa dialami oleh Bong Chandra.
Penolakan-penolakan
yang dihadapi oleh Bong Chandra membuatnya bertumbuh menjadi seorang yang lebih
kuat. Orang yang meremehkan dan menolaknya dulu sebenarnya telah melemparkan
kayu ke dalam bara api yang menyala. Alih-alih down, Bong Chandra justru merasa
tertantang untuk membuktikan kepada mereka yang meragukannya. Kini Bong Chandra
telah berhasil membuktikan prestasi yang luar biasa kepada orang-orang yang
dulu telah meragukannya.
Saat ini Bong Chandra telah memimpin 3 perusahaan dan membawahi 150 staff karyawan, antara lain; PT. Perintis Triniti Property, PT. Bong Chandra Success System, dan PT. Free Car Wash Indonesia. Bong Chandra juga merupakan seorang Developer yang saat ini sedang membangun Perumahan bernama Ubud Village di Selatan Jakarta seluas 5,1 hektar dengan nilai investasi Rp 180 Milyar. Bong Chandra juga merupakan pengarang buku Best Seller Unlimited Wealth dan The Science of Luck yang saat ini hampir terjual 100.000 copy. 100% royati dari penjualan buku akan dsumbangkan ke Yayasan Vincentius Jakarta Pusat. Beliau juga memberikan motivasi ke lebih dari 2 juta orang di TV ONE. Seminarnya selalu dihadiri ribuan orang, terhitung sejak awal 2010, Bong Chandra telah mengadakan 7x Seminar yang masing2 dihadiri 3000 orang.
Tahun
2009 Bong Chandra diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar
Dunia (versi Fortune 500). Bong Chandra juga telah diundang oleh beberapa
perusahaan seperti, Shell, Bank BRI, Bank Mandiri, Panin, Commonwealth, Yamaha,
Ciputra Group, PLN, Gramedia, Prudential, Sunlife, CNI, TVS Motor, TVI, Real
Estate Indonesia, dan masih banyak lagi.
Semua
pencapaian di atas dimulai dari NOL bahkan hutang. Ini membuktikan bahwa yang
terpenting bukan siapa Anda sekarang, tetapi ingin seperti apa Anda esok.
Ya,
itulah potongan profil seorang Bong Chandra yang membuat saya kagum atas pencapaiannya. Boleh dikatakan beliau adalah kaum muda sukses zaman sekarang. Masih muda dan banyak prestasinya. (Bayangkan
saja, ia itu kelahiran tahun ’87 namun prestasinya begitu luar biasa!). Ia
seorang motivator, ia seorang author (penulis), ia seorang developer property.
Padahal bila membaca sekilas profilnya ia dahulunya berasal dari keluarga yang
begitu sederhana. Ia memulai semuanya From Zero To Hero.
Berbicara tentang muda dan prestasi terkadang membuat kita terlecut dengan kisahnya. Sering kita terkagum-kagum dengan sosok sang sukses. Kagum dengan Bong Chandra dengan debut Unlimited Wealth-nya, Ippho Santoso sukses dengan motivasi Right-Brain Motivation-nya, Ary Ginanjar sukses dengan ESQ 165-nya, Mario Teguh sukses dengan MTGW-nya. Masing sang sukses juga memiliki penggemar fanatik pribadi. Semua berlomba mengikuti seminar sang sukses, membeli buku, CD bahkan meng-update berita sang sukses lewat jejaring sosial dunia maya.
Berbicara tentang muda dan prestasi terkadang membuat kita terlecut dengan kisahnya. Sering kita terkagum-kagum dengan sosok sang sukses. Kagum dengan Bong Chandra dengan debut Unlimited Wealth-nya, Ippho Santoso sukses dengan motivasi Right-Brain Motivation-nya, Ary Ginanjar sukses dengan ESQ 165-nya, Mario Teguh sukses dengan MTGW-nya. Masing sang sukses juga memiliki penggemar fanatik pribadi. Semua berlomba mengikuti seminar sang sukses, membeli buku, CD bahkan meng-update berita sang sukses lewat jejaring sosial dunia maya.
Tapi,
saya merasakan moment dimana ketertarikan untuk menggandrungi nasihat-nasihat
sang sukses itu ibarat Life Cycle. Ah, bukan Life Cycle tapi anget-anget *** ayam istilah yang lebih tepat untuk menganalogikannya. Saat sedang tenar-tenarnya sang (motivator) sukses, di situlah puncak kegandrungan orang pada umumnya. Tapi setelah pamornya menurun? Penggemar fanatik beralih ke kiblat kaum muda lainnya. Yang lebih dinamis dan mudah diterima masyarakat pada umumnya. Sekadar berbagi cerita, dahulu ketika saya masih kuliah, Ary
Ginanjar begitu sukses dengan seminar-seminar luar biasanya yang mampu
menghipnotis. Kemudian muncul Mario Teguh dengan motivasinya yang penuh
kebijaksanaan. Lalu seakan menjamur, muncul beberapa kaum muda dan sukses lainnya
seperti Ippho Santoso, dan Bong Chandra. Senang sih melihatnya. Mereka sukses
dan patut diteladani.
Nah,
yang menjadi sorotan adalah bagaimana dengan para peminat fanatik mereka? Apakah kiat-kiat untuk mewujudkan keinginan untuk menjadi sukses -seperti Bong, Ippho, Andrie Wongso, dll.- sudah mereka aplikasikan dalam
kehidupan mereka? Ataukah selama ini mereka hanya masuk sesaat dalam dunia para kaum sukses untuk kemudian
keluar kembali sebagai seorang yang biasa-biasa saja? Hmm, Saya pun masih belum
tahu jawabannya bila saya ditanyakan hal seperti itu. Namun saya meyakini
benar bahwa masyarakat saat ini cenderung menyukai kisah para sukses yang dikemasan
apik dalam bentuk buku best seller, seminar yang luar biasa, ataupun wisdom
quotes yang mereka buat. Namun dari itu semua, sudah sejau mana kita mengikuti
wisdom quotes mereka? Sudah sejauh mana kita menjalankan apa yang mereka sampaikan dalam seminar-seminar mereka? Bagaimana pula dengan isi buku best seller mereka? Apa
yang sudah kita perbuat? Hanya diri kita pribadilah yang bisa menjawabnya. Coba deh introspeksi lagi, tanyakan lagi dalam diri kita masing-masing apa yang sudah kita lakukan.
Wallau'alam
Salam TPoG,
Ihtada Yogaisty
Salam TPoG,
Ihtada Yogaisty
Komentar
Posting Komentar